Aku akui aku salah dan kalah menjaga kesepakatan kita, bahwa ini hanya akan melelahkan dan menyakitkan.

Aku diam-diam membiarkanmu masuk keruang tamu di hatiku, mempersilahkan mu duduk, berbincang sedikit tentang cinta dan sejak saat itu wangi tubuhmu memenuhi sudut-sudut ingatanku, tutur bahasamu bernada keras dan juga canda tawamu yang begitu renyah menghiasi anganku.

Aku mulai menginginkan mu sekaligus ingin menjadi apa yang kau inginkan, bahkan untuk tau kita ini apa dan akan bagaimana kelak.

Di sana ada ketakutanku kehilanganmu, aku hanya ingin menjadi sandaran yang ternyaman bagimu meski didalam hatimu ruang untukku begitu sempit, gelap dan bahkan tak terlihat.

Iya aku nyaman dengan ketidak jelasan kita, dimana aku bisa terima dimana masih ada bayang dirinya yang telah lebih dulu menemani langkahmu dan melupakannya jelas bukan keahlianmu.

Jika suatu hari nanti hidupmu tak bisa lagi melaju kecuali dengan meninggalkanku, pastikan telingamu terbiasa tanpa kabar dariku.

Maka aku akan tersenyum menikmati lagi tahap demi tahap perkenalan kita dikala sebelumnya, biar waktu yang menggrogoti kenangan itu hingga habis.

Kau adalah sekilas yang tak ku mengerti bagaimana caranya untuk membuatmu singgah sedikit lebih lama dan merajut bahkan membingkai sisa hidup mu bersama ku.

Hanya harap ku yang terus membumbung tinggi,menerbangkan asa dan rasa ku untuk merenda kasih bersamamu.

Selamat hari kasih sayang yang tak sampai,ku ucapkan untukmu disana.

0 komentar:

Posting Komentar